Banyak pihak menilai bahwa klaim Amerika Serikat dan Israel soal keberhasilan menghancurkan fasilitas nuklir Iran lewat serangan semalam mungkin terlalu dini dan overestimate.
Mengapa?
➡️ Program Nuklir Iran Tak Berdiri Sendiri
Iran tidak mengembangkan teknologinya sendirian. Dukungan teknis dan strategis datang dari Rusia, China, dan bahkan Korea Utara. Sistem mereka dirancang tahan terhadap serangan konvensional, bahkan dari kekuatan sebesar AS dan Israel.
➡️ Situs Nuklir Iran Tersebar dan Rahasia
Fasilitas pengayaan uranium dan pusat penelitian nuklir Iran tersebar di puluhan lokasi rahasia. Banyak di antaranya berada di bawah tanah atau dilindungi dengan teknologi canggih. Bahkan intelijen AS dan Israel mengakui kesulitan melacak semuanya secara akurat.
➡️ Iran Siap untuk Risiko Perang Terbuka
Teheran sudah lama menyadari konsekuensi dari program nuklirnya. Maka, skenario perang terbuka melawan AS dan sekutunya pun telah diperhitungkan sejak awal.
➡️ Bagaimana dengan Tingkat Pengayaan Uranium?
Sampai saat ini, Iran baru mencapai 60% pengayaan uranium—masih di bawah ambang batas 90% yang dibutuhkan untuk membuat senjata nuklir. Namun, percepatan bisa terjadi sewaktu-waktu jika tekanan terus meningkat.
➡️ Mengapa Negara Arab Lain Cenderung Diam?
Sebagian negara Arab tampak memilih bersikap lebih hati-hati. Sebab bagi mereka, ancaman terhadap stabilitas regional bisa datang dari mana saja—termasuk dari Iran yang dipimpin oleh rezim Khamenei, yang dalam beberapa kesempatan menunjukkan ambisi regional.
Serangan AS dan Israel, meskipun tampak "spektakuler", belum tentu menghancurkan kemampuan nuklir Iran secara menyeluruh. Justru, langkah ini bisa memicu eskalasi yang lebih luas, apalagi jika Iran memutuskan membalas di front-front lain, termasuk melalui proxy-nya di Timur Tengah.